Kamis, 11 Oktober 2012

DAUNTLESS TO SCREAM,DAUNTLESS TO ACT!


 
Sejak menjadi penulis buku, banyak lembaga atau perusahaan yang mengundang saya untuk menjadi pembicara. Salah satunya adalah lembaga pusat perbukuan yang bernaung di bawah kementrian pendidikan nasional. Lembaga itu melibatkan saya sebagai sebagai salah satu trainer mereka yang akan berkeliling ke beberapa provinsi untuk memberikan sharing kepada para guru, dosen, dan praktisi pendidikan yang hendak menjadi penulis buku.

Terkait dengan hal itu, setiap kali mengawali seminar, saya selalu mengancungkan buku karangan saya dan bertanya,”Siapa di antara Bapak dan Ibu yang mau berikan buku ini secara gratis?” Sontak, ketika mendengar pertanyaan ini, para peserta seminar antusias. Ada yang mengangkat tangannya tinggi-tinggi, ada yang melambai-lambaikan tangan, bahkan tak sedikit yang berdiri sembari berteriak: “Buat saya saja bukunya!” “Saya mau, saya mau!” atau “Untuk saya saja, Pak!”

Alhasil, untuk sementara waktu, suasana seminar menjadi gaduh dengan terikan para peserta seminar yang saling berebut perhatian untuk mendapatkan buku itu. Dan, mereka baru berhenti berteriak ketika ada seorang peserta yang tiba-tiba lompat dari tempat duduknya dan berlari menghampiri saya untuk mengambil buku tersebut.

Ketika suasana sudah tak lagi gaduh, saya kembali mengajukan pertanyaan kepada segenap peserta seminar, “Mengapa kalian tidak maju kedepan untuk mengambil buku tersebut?” Dan inilah alasan mereka:

“Saya malu untu maju kedepan.”

“Saya susah bergerak karena tempat duduk saya di belakang.”

“Saya tidak yakin bahwa Anda sungguh-sungguh akan memberikan buku itu.”

“Saya sengaja memberikan kesempatan kepada yang lebih muda.”

“Saya tidak ingin berebutan seperti anak kecil.”

Saya malu jika nanti ditertawakan orang lain.”
Itulah alasan-alasan yang mereka kemukakan selaku pembenaran atas sikap mereka yang tidak berani maju kedepan.........

Banyak orang suka berdalih atau mecari-cari alasan ketika mereka tidak berhasil meraih apa yang mereka inginkan. Mereka selalu menunggu datangnya kesempatan atau membiarkan kesuksesan menghampiri mereka. Padahal, kesuksesan itu ibarat kapal yang berada ditengah laut. Kita tidak bisa hanya berdiam diri dan memandangnya dari tepi pantai. Juga, kita tidak bisa hanya melambaikan-lambaikan tangan sembari berteriak, “Ayo kapal cepat kemari, saya sudah tidak sabar menunggu kedatanganmu!” Kesuksesan itu harus dikejar, bukan ditunggu. Jika kita menghendaki agar kapal itu lebih cepat menghampiri kita, maka kita harus terjun ke laut dan berenang mendekatinya. Demikian pula halnya dengan kesuksesan; Jika kita menghendaki kesuksesan menghampiri kehidupan kita dengan lebih cepat, maka kita tidak bisa bersikap positif dan menunggu bintang jatuh dari langit. Kita harus berani bertindak dan mengejar impian kita, karena kehidupan tidak membayar apa yang kita katakan atau inginkan, kehidupan hanya akan membayar apa yang telah kita lakukan.

Diceritakan kembali oleh : Indah
Sumber : Pak Sulaiman Budiman

Tidak ada komentar:

Posting Komentar